Aku, yang selama ini hanya bisa berharap dan berdoa. Aku, yang selama ini menatap kesuksesan orang lain dan berfikir, "beruntung sekali orang itu.". Aku, yang selama ini mendambakan sebuah bercak keajaiban datang padaku. Tanpa kusadari, memang keajaiban itu datang. Dalam bentuk kesadaran,
I've been really naïve for my whole life.
I thought that it is possible for a prince charming to fall in love with an unappealing girl who never took care of her beauty.
I wished, if he could love me for who I am. For my personality, my kindness, my sincerity, and my love to him.
I thought people were born lucky. They're blessed with their attractive faces, great bodies, their intelligence. I used to envy my pretty friends who were really appealing even in the same uniform as I am. They were appealing, had a long list of ex-lovers (okay, I USED to care a lot about it), and yet they still had perfect grades. I wondered, how? Why is God so unfair?
I used to blame God on everything.
Aku kemudian melihat teman-temanku yang kelihatannya bersantai-santai, mengaku tidak pernah belajar, dan terlihat tidak pedulian terhadap sekolah. Ketika ulangan dibagikan, nilai mereka lebih besar daripada aku. Karena aku berfikir, "ah, mereka aja nggak belajar, mengapa aku harus?"
How naive of me.
Bahwa setiap pencapaian pasti digapai dengan susah payah. Setiap hal membahagiakan pasti menuaikan sejarah. Setiap kesuksesan... Pasti ada kegagalan.